Tuban (Indo Swara) – “Dalam sepuluh tahun terakhir ini, saya anggap Bupati Tuban gagal membangun kualitas mental masyarakatnya,” ucap Wihadi Wiyanto, anggota DPR RI dari Gerindra, dikutip pers (17/02/2021).
Penilaian lugas itu dilontarkan Wihadi menanggapi perihal keserempakan memborong mobil oleh warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban, seusai tanah mereka dibayar Pertamina.
Kisah raya belanja kendaraan roda empat beriring-iringan penduduk Sumurgeneng itu tidak berlaku untuk kelompok keseluruhan warga. Di sana tercatat 840 KK, namun hanya 225 KK yang tanahnya berganti duit.
Nyaris membarengi letupan kritikan Wihadi, terpisah pada (19/02/2021), Bupati Tuban Fathul Huda pamer mobil barunya, Lexus tipe LM350 warna hitam di story WhatsAppnya. Taksiran harga mobil jenis MPV itu Rp 2,4 miliar.
Unggahan foto di depan mobil mewah itu berpose istrinya Qodiriyah mengacungkan jempol tangan kanannya. Ia bersama putri, menantu perempuan, dan cucunya.
Usut punya usut, sorotan hangat Wihadi kepada penguasa Tuban telah membandulkan lemparan balik kalimat berang kepada dirinya.
“Dia tahu apa tentang Tuban? Harusnya seorang anggota DPR itu bijak dalam bertutur kata dan harus paham terkait persoalan di daerah. Jangan buat pernyataan yang malah melukai masyarakat Tuban,” kata Fahmi Fikroni, Ketua Fraksi PKB DPRD Tuban, dikutip pers (19/2/2021).
Bersambung bibir Fahmi,” Dia mengatakan (Wihadi-red), dalam sepuluh tahun terakhir ini Bupati Tuban dianggap gagal membangun kualitas mental masyarakatnya. Ini pernyataan apa? Apa dasarnya penilaian itu?”.
Berbantahan, kepada Pewarta Indo Swara, Wihadi memperjelas telaahnya, jika ada pihak yang menganggap dirinya tidak tahu permasalahan di masyarakat itu meleset dalam menafsirkan inti statementnya.
“Jadi kalau ada pejabat yang salah menginterpretasikan pernyataan saya, mengatakan tidak tahu permasalahan di masyarakat itu berbeda dengan pernyataan saya,” sangkal Wihadi (27/02/2021).
Dijabarkan Wihadi,” Masyarakat itu harus ada yang namanya edukasi. Dampak-dampak yang harus dipikirkan ke depan itu yang tidak pernah diedukasikan atau mungkin juga tidak dilakukan edukasi yang benar. Jadi berbeda anglenya (Sudut pandangan – red) antara yang disampaikan seakan-akan saya tidak pernah turun, atau saya tidak tahu permasalahan itu berbeda sekali dengan statement saya. Pemerintah sebagai pemimpin rakyatnya tidak memberikan edukasi dan contoh, juga hal-hal yang bisa memberikan azas manfaat kepada masyarakatnya.”
Pewarta: Agung DePe
Editor: Red – Indo Swara/Agung DePe